Kamis, 24 November 2016

Gambaran Singkat DAS Kahayan

Pemanfaatan sumberdaya alam dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk berbagai keperluan dapat menimbulkan dampak positif dan negative. Dampak positif ditunjukan dengan adanya peningkatan dan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan dampak negative berupa penurunan kuantitas dan kualitas lingkungan 
DAS itu sendiri. Mengingat degradasi lingkungan jelas mengabaikan batas-batas politis sebagai batas pengelolaan sumberdaya alam, maka Daerah Aliran Sungai dapat dimanfaatkan sebagai satuan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam yang logis dari sisi pandang pengelolaan lingkungan. Untuk tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan perlu penyatuan atau penyelarasan kegiatan pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan secara realistis melalui penyesuaian pengelolaan kegiatan DAS kedalam kenyataan ekonomi dan social.

Tambang emas dan pasir zirkon di DAS Kahayan
(photo : Safrudin/ Save Our Borneo
Das Kahayan merupakan salah satu DAS yang terdapat di Kalimantan Tengah. Saat ini DAS Kahayan mengalami kerusakan ekosistem akibat hutannya terus dibabat, kondisi sebagian sungai dan anak-anak sungainya juga rusak, terus mendangkal, bahkan diantaranya ada yang tercemar akibat penggunaan mercuri dalam kegiatan penambangan emas tanpa izin.

DAS Kahayan terletak pada E 30 20’43,60” S 1140 02’23,00” dengan luas mencapai 81,648 Km2. Dengan panjang sungai 600 Km, kedalaman 7 Meter dan lebar 500 Meter.

Wilayah DAS Kahayan yang secara karakteristik ekosistemnya merupakan wilayah hutan dataran tinggi  di wilayah hulunya sementara  di hilirnya merupakan hutan dataran rendah yang sebagian besar merupakan kawasan gambut yang masih tersisa yang di prediksikan menyimpan cadangan karbon yang besar. Wilayah DAS Kahayan ini juga merupakan wilayah strategis nasional yang di tetapkan oleh pemerintah. 

Sungai Kahayan memiliki kemiringan kurang dari 0 – 2 persen seluas 4.955.724 Ha (32, 22%). Di sungai Kahayan tanah yang ditemukan umumnya memiliki kedalaman 60-90 cm. tanah-tanah dangkal terdapat dibagian hulu yaitu lebih kecil dari 30 cm dan biasanya berbatu. Dibagian tengah terdapat tanah dangkal, karena lapisan tanah yang dapat digunakan akar sangat tipis sekali.

Wilayah Kalimantan Tengah terkhususnya di tepi Sungai Kahayan terdapat tanah bersturktur halus seluas 4.307.368 Ha (28,01%), berstuktur kasar seluas 2.263.878 Ha (17,06%), Gambut seluas 2.651.255 Ha (17,24%). Disungai Kahayan ditemukan Erosi akibat pengikisan tanah, hal ini dikarenakan oleh penebangan hutan dan jalan HPH serta penambangan emas.

Pada awal tahun 2000-an di Kalimantan Tengah terkhususnya di pinggiran Sungai Kahahayan sangat kaya sekali akan potensi sumber daya alamnya, keberanekaragaman kekayaan alam menjadi sumber mata pencaharian warga disekitarnya tanpa harus mencari jauh keluar daerah. Saat itu masyarakat hidup makmur dengan tanpa adanya campur tangan orang lain “pemerintah dan Pelaku Investasi”, dimana sebagian masyarakat mengelola sumber daya alam sebagai teman hidup dan tempat untuk hidup.

Salah satu sudut EKS-PLG di wilayah DAS Kahayan
yang kini telah berubah menjadi areal perkebunan
kelapa sawit (photo : Safrudin/Save Our Borneo)
Saat ini perkembangan pembangunan di sekitar kawasan DAS Kahayan semakin pesat seiring dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk dan bertambahnya kebutuhan akan hidup yang semakin meninggi, seiring itu pula para pemangku kepentingan dan para Investor bersaing guna memperoleh keuntungan yang berlipat tanpa memikirkan dampak yang mungkin terjadi dikemudian hari. Sekarang ini sudah sangat sulit sekali bagi nelayan tradisional di bantaran DAS Kahayan bisa mengakses lokasi-lokasi yang dahulunya tempat mereka mencari hasil alam disekitar wilayahnya, dikarenakan saat ini banyak wilayah-wilayah tersebut telah "diberikan" kepada para investor pemilik modal baik itu investasi perkebunan, HTI, tambang dan juga tak terkecuali investasi di industri konservasi yang notabene mempersempit ruang gerak masyarakat untuk memperoleh keadilan hidup yang layak.

Dari gambaran diatas, maka dapat disimpulkan saat ini tingkat keterancaman wilayah disepanjang DAS Kahayan termasuk tinggi dimana wilayah ini menjadi incaran berbagai bentuk investasi yang mengancam keberlanjutan ekosistem dan memicu potensi konflik tenurial. Wilyah ini juga sebagian adalah wilayah eks  megarice project yang telah menghancurkan sebagian besar ekostem gambut sehinga dibutuhkan upaya pemulihan ekositemnya. 

Namun demikian disebagian wilayah DAS Kahayan masih terdapat insiatif-inisiatif lokal dalam menjalankan praktek-praktek pengelolaan sumberadaya alam yang berkelanjutan (kearifan lokal) yang sampai sekarang masih dijalankan oleh masyarakat setempat. Inisiatif-inisiatif lokal inilah yang harus terus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. (SFM/SOB-16)

0 komentar:

Posting Komentar